APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Pasar Batubara di China Mulai Pulih, Tapi Belum Banyak Mengerek Ekspor

Administrator - 28/04/2020 08:47

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pebisnis batubara memproyeksikan adanya penurunan permintaan yang cukup tajam dari negara utama tujuan ekspor batubara Indonesia. Kondisi ini merupakan imbas pandemi corona (Covid-19).

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyebutkan, produksi batubara di Indonesia pada kuartal I-2020 terbilang masih normal.

Pasalnya, sebagian besar perusahaan besar yang menjadi anggota APBI masih tetap berproduksi optimal memenuhi target sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020.

"Di kuartal satu, ekspor kita sedikit menurun bukan karena produksi berkurang, tapi lebih karena melemahnya permintaan," kata dia kepada KONTAN, Minggu (26/4).

Hendra bilang, permintaan dan pasokan batubara di China, yang merupakan pasar utama Indonesia, sudah naik sejak Maret 2020. Meski tren peningkatan konsumsi batubara di China berefek positif, tidak otomatis membuat ekspor batubara di kuartal kedua bakal membara.

Sebab, persediaan batubara di China masih berlimpah. "Masih kami cermati masalah oversupply di Tiongkok, sehingga bisa berdampak terhadap impor batubara mereka di bulan-bulan ke depan, terutama akhir April dan di kuartal kedua," jelas Hendra.

Total impor tahunan dari China diprediksi turun tajam tahun ini. Hal yang sama terjadi di pasar India dan pasar Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo menilai, permintaan batubara dari China ditaksir tidak naik signifikan dalam waktu dekat.

"Secara makro belum sepenuhnya normal, paling bisa kita lihat setelah Juni," ungkap dia, Minggu (26/4).

Pada tahun lalu total ekspor batubara Indonesia sebesar 454,5 juta ton. Dari jumlah itu, China mendominasi dengan 33%, disusul India 27%. Adapun ekspor ke Korea Selatan sebanyak 7%, Jepang 6%, dan Taiwan 5% dari total ekspor batubara Indonesia di 2019.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih mencatatkan kinerja operasional memuaskan pada periode kuartal I-2020. Namun, BUMI masih wait and see untuk kuartal II-2020. "Kami akan meninjau bulan depan dan menyesuaikan kebutuhan," kata Direktur & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava.

Manajemen BUMI melakukan langkah itu untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19, meski permintaan batubara di China berangsur naik. Artinya, masih perlu mencermati kondisi pasar global untuk bisa membuat proyeksi pada kuartal kedua hingga akhir tahun ini.

Dileep menjelaskan, produksi BUMI pada kuartal I-2020 masih sesuai rencana dan tumbuh dibandingkan tahun lalu. Dia bilang, produksi Januari-Maret berkisar 21-22 juta ton. "April bisa mendekati 7 juta ton. Kuartal I 2020 lebih tinggi dari kuartal I-2019," kata Dileep.

Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga menyebutkan, China dan India memegang porsi dominan yang hampir sama, yaitu sekitar 40% total penjualan ABMM. Artinya, sekitar 80% ekspor batubara ABMM bergantung dari kedua negara tersebut.

Atas dasar itu, ABMM menyiasati berkurangnya penjualan ekspor kedua negara tersebut dengan mengalihkannya ke negara lain, terutama Thailand dan Vietnam.

Filter