APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Jadi Andalan, RI Nikmati Ratusan Triliun dari Ekspor CPO

Administrator - 16/10/2020 08:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Di dalam negeri buah dan inti sawit diolah menjadi minyak dan digunakan di dalam negeri untuk kebutuhan konsumsi masyarakat menjadi minyak goreng serta energi untuk pembuatan biodiesel.

Hampir sebagia besar produksi minyak sawit RI diekspor ke luar negeri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan total ekspor minyak dan lemak nabati maupun hewani dari Januari-September 2020 mencapai US$ 13,85 miliar atau menjadi penyumbang terbesar ekspor non-migas dengan pangsa mencapai 12,45%. 

Secara umum produk kelapa sawit yang dikenal di kalangan masyarakat adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya serta minyak inti sawit mentah (CPKO) dan turunannya. 

 

Apabila mengacu pada data Buletin Statistik Perdagangan Internasional Ekspor Indonesia BPS bulan Juli lalu, total ekspor CPO dan turunan CPO mencapai 14,2 juta ton. Jika digabung dengan ekspor CPKO beserta turunannya akan menjadi 15,1 juta ton. 

Nilai ekspor CPO sepanjang Januari-Juli 2020 mencapai US$ 2,7 miliar. Sementara untuk produk turunannya mencapai US$ 6,2 miliar. Pada periode yang sama RI mengekspor CPKO dan turunannya senilai US$ 600 juta.

 

Artinya ekspor komoditas yang berbasis kelapa sawit dalam tujuh bulan tahun ini mencapai US$ 9,5 miliar. Dengan asumsi kurs Rp 14.500/US$ maka nilainya mencapai Rp 137,75 triliun.

Dalam waktu dekat ada dua hal yang bisa mendongkrak ekspor minyak sawit RI. Pertama adalah kebijakan restocking China terutama menjelang perayaan tahun baru Imlek dan adanya perayaan Diwali di India November nanti. 

Dengan populasi masing-masing lebih dari 1,3 miliar penduduk, India dan China menjadi konsumen sekaligus importir minyak sawit terbesar di dunia. Impor minyak sawit kedua negara tersebut lebih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumsi. 

Bulan September-November biasanya menjadi puncak produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia. Namun dengan adanya ancaman fenomena iklim La Nina yang berpotensi menyebabkan banjir bisa menjadi ancaman terhadap pasokan minyak sawit. 

Pasar telah mempertimbangkan fenomena La Nina ini. Hujan lebat dengan intensitas tinggi yang memicu banjir akan menjadi gangguan bagi para petani untuk melakukan aktivitas panen. Ada kecenderungan output akan drop sehingga membuat harga CPO melonjak belakangan ini.

Harga CPO yang menguat membuat harga minyak goreng di Tanah Air juga ikut terkerek dan menjadi penyumbang inflasi. Dalam beberapa hari terakhir, harga CPO kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatif Exchange bolak-balik di level RM 2.900 - RM 3.000 per ton atau US$ 698,8 - US$ 722,9 per ton. 

Sementara untuk harga CPO di Indonesia periode pengiriman Oktober dan November (FOB) mengacu pada Refinitiv dipatok masing-masing di US$ 746,25/ton dan US$ 745/ton. 

Filter