APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Bisnis Daging Estika Tata Tiara (BEEF) dan Sentra Food Indonesia (FOOD) Masih Empuk

Administrator - 05/11/2019 09:56

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis daging beku atawa frozen meat semakin empuk seiring menjamurnya ritel modern maupun ritel tradisional yang menyediakan lemari pendingin sebagai etalase produk tersebut. Di sisi lain, menguatnya daya beli dan perubahan konsumsi turut mempengaruhi permintaan daging beku.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman, menyebutkan perkembangan bisnis daging beku mengikuti perubahan konsumsi daging di tengah masyarakat.

Di negara maju, faktor pendorong konsumsi daging beku antara lain karena alasan keamanan pangan dan produk lebih tahan lama.

"Kebiasaan orang Indonesia makan daging merah segar, namun tampaknya lama kelamaan bisa menerima daging beku," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (4/11).

Apalagi dengan tersedianya lemari pendingin yang menyediakan frozen food di ritel modern. Bahkan, permintaan daging beku bakal terus meningkat jika penetrasi di pasar tradisional semakin optimal.

Kementerian Pertanian memproyeksikan kebutuhan daging sapi hingga akhir tahun ini mencapai 686.000 ton, dengan produksi domestik di kisaran 429.000 ton. Artinya, kebutuhan impor sebanyak 257.000 ton.

Mengacu data impor Kementerian Perdagangan, hingga Agustus 2019, nilai impor daging beku mencapai US$ 313,2 juta. Angka itu tumbuh 4,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 300,5 juta.

Produsen dan distributor frozen food berupa daging sapi, yakni PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), juga membuka peluang menambah jaringan distribusi baru.

Pada tahun ini, BEEF berencana menambah 10 jaringan distribusi di kota besar di Indonesia.

Direktur Utama BEEF, Yustinus Sadmoko, bilang produk frozen meat semakin populer dengan meningkatnya kesadaran akan isu kesehatan serta meningkatnya tren kebutuhan makanan yang lebih praktis dan siap saji.

Belum lagi tingkat penggunaan lemari pendingin mulai marak sehingga mendorong konsumsi daging beku di masyarakat.

Memasuki momen libur dan pergantian tahun nanti, BEEF semakin optimistis bisa mendongkrak konsumsi daging beku.Biasanya akhir tahun menjadi high season kedua kami setelah Lebaran, permintaan banyak diisi produk-produk grill untuk keperluan sate atau barbekyu," terang Yustinus.

Berdasarkan laporan keuangan hingga akhir kuartal III 2019, penjualan BEEF tumbuh 40% secara year on year (yoy) menjadi Rp 903,25 miliar.

Meski beban pokok penjualan naik 35% menjadi Rp 748,96 miliar, perusahaan ini masih mencatatkan laba kotor senilai Rp 154,29 miliar per akhir September 2019, tumbuh 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Setelah dikurangi pos beban lainnya, BEEF meraup laba bersih Rp 46,18 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD), Agustus Sani Nugroho, juga memandang positif bisnis ritel daging beku.

"Kami memperkirakan kontribusi ritel masih berpeluang berkembang jauh lebih pesat dibandingkan segmen horeka (hotel, restoran dan kafe)," ungkap dia.

Untuk menyokong permintaan di segmen pasar tersebut, FOOD menyiapkan beberapa produk baru untuk menembus pasar di akhir tahun nanti.

Kini, penjualan FOOD masih didominasi business to business (B2B) alias horeka, yakni sekitar 60%. Adapun segmen ritel berkontribusi sebesar 40%.

Sampai akhir kuartal III 2019, FOOD membukukan penjualan bersih sebesar Rp 91,16 miliar, melambat dari periode yang sama tahun lalu Rp 91,95 miliar.

Penjualan daging olahan beku menurun 6,3% dengan kontribusi sebanyak 58% terhadap pendapatan. Namun segmen daging mentah beku bertumbuh 8,2% yoy dengan kontribusi 42% dari pendapatan bersih.

Filter