FAC News

Tiba-tiba Saham WSKT dkk Terbang
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten konstruksi langsung 'tancap gas' pada awal perdagangan hari ini, Rabu (17/3/2021). Penguatan saham-saham tersebut diikuti oleh sejumlah aksi beli bersih (net buy) investor asing.
Saham emiten BUMN konstruksi PTPP mencatatkan penguatan tertinggi dengan melejit 5,47% ke Rp 1.640/saham. Penguatan saham ini diwarnai aksi beli bersih asing senilai Rp 10,66 miliar.
Emiten pelat merah ini menargetkan memperoleh nilai kontrak baru senilai Rp 30,1 triliun tahun ini, naik 35% dari realisasi kontrak baru sepanjang 2020 yang senilai Rp 22,26 triliun.
Pada 14 Januari 2021, Corporate Secretary PTPP Yuyus Juarsa mengatakan seiring dengan kenaikan target kontrak baru ini, perusahaan juga menaikkan alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan yang menjadi senilai Rp 6,2 triliun.
Adapun dana capex ini akan didominasi untuk pengerjaan proyek jalan tol sebesar 37%, proyek pengembangan properti dan residential sebesar 9%, pengembangan kawasan dan bandar udara sebesar 12%. Sedangkan sisanya 33% akan dialokasikan untuk pengembangan investasi di anak perusahaan.
Terbaru, menurut siaran pers Rabu (10/3) PTPP menargetkan penyelesaian dua bendungan yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di tahun ini. Kedua bendungan ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp 1,66 triliun.
Dua bendungan yang dimaksud adalah Bendungan Way Sekampung Paket I & III yang berlokasi di Lampung dan Bendungan Pidekso di Jawa Tengah (Jateng).
Kemudian, emiten pelat merah lainnya, WSKT,membuntuti di posisi kedua dengan melesat 4,59% ke Rp 1.480/saham. Asing tercatat mengoleksi WSKT pagi ini senilai Rp 357,11 juta.
Sebagai informasi, WSKT pada tahun ini menargetkan dapat memperoleh kontrak baru senilai Rp 31 triliun. Nilai kontrak baru ini naik Rp 4 triliun dari realisasi tahun 2020 sebesar Rp 27 triliun.
Menurut Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada 13 januari lalu, dari jumlah tersebut, porsi proyek pemerintah diproyeksikan masih akan memberi andil terbesar yakni 35%.
Sementara, dari BUMN sebesar 25%, proyek swasta sekitar 25% dan sisanya dari pengembangan bisnis perseroan.
Pada tahun ini, emiten bersandi WSKT di Bursa Efek Indonesia ini mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 11 triliun. Dana ini, rencananya akan dipakai untuk membiayai beberapa ruas tol yang dibangun Waskita seperti di ruas tol Jogja Bawen melalui konsorsium dan beberapa ruas tol lainnya di Jawa Barat.
Kabar terbaru, WSKT melalui anak perusahaannya, PT Waskita Toll Road (WTR) telah mengoperasikan seksi IA sisi barat dan seksi IB tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu).
Pengoperasian itu dilakukan pada Sabtu, 13 Maret 2021 pukul 06.00 WIB.
Jalan Tol Becakayu seksi 1A ini yang terkoneksi dengan Jalan Tol Wiyoto Wiyono Sisi Barat sepanjang 3,5 Km dan Seksi 1B On Ramp Jatiwaringin ini akan dioperasikan secara penuh.
Di tempat ketiga ada WIKA yang menguat 3,58% ke Rp 1.735/saham. Asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 3,25 miliar.
Menurut, Corporate Secretary Wijaya Karya Mahendra Vijaya, tahun ini perusahaan menargetkan nilai kontrak baru sebesar sebesar Rp 40 triliun. Nilai ini naik dari realisasi kontrak baru sepanjang 2020 yang senilai Rp 23 triliun.
"Kita melihat bahwa kondisi ekonomi sudah membaik, ditambah optimisme dengan adanya vaksin. Selain itu pemerintah juga masih menganggarkan dana Rp 420 triliun untuk infrastruktur, sehingga kami optimis tahun ini jauh lebih baik," kata dia kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Tahun ini WIKA kembali menerbitkan surat utang, obligasi dan sukuk senilai total Rp 3 triliun, ini artinya akan menambah liabilitas perseroan. Surat utang ini ditawarkan dengan tingkat bunga sebesar 8,5% hingga 9,75% per tahun.
Penerbitan kali ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan melalui Obligasi Berkelanjutan I dengan target dana Rp 4 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I dengan target dana senilai Rp 1 triliun.
Pada Desember 2020 lalu perusahaan telah menerbitkan obligasi senilai Rp 1,5 triliun dan sukuk senilai Rp 500 miliar.