FAC News

Penjualan tepung tapioka Budi Starch & Sweetener (BUDI) merosot
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Budi Starch & Sweetener Tbk melihat prospek bisnis di sepanjang semester pertama tahun ini masih cukup menantang. Pasalnya, musim kemarau bakal menekan penjualan produsen tapioka ini.
Sekretaris Perusahaan PT Budi Starch & Sweetener Tbk, Alice Yuliana mengakui, musim kemarau yang terjadi sekitar Juli hingga November tahun lalu mempengaruhi hasil panen singkong selama enam bulan pertama tahun ini. Tak pelak, imbas musim kemarau tersebut sudah terasa pada tiga bulan pertama tahun ini.
Menurut Alice, hasil panen singkong yang terdampak kemarau menyebabkan kuantitas penjualan tepung tapioka menyusut. Alhasil, pendapatan dari segmen ini per kuartal I-2020 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2020, emiten dengan kode saham BUDI di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini membukukan penurunan penjualan tepung tapioka sekitar 28,16% year on year (yoy) menjadi Rp 482,03 miliar.
Sebelumnya, penjualan segmen tepung tapioka mencapai Rp 670,99 miliar selama tiga bulan pertama tahun lalu.
Menurut perkiraan Alice, pengaruh musim kemarau di paruh kedua tahun lalu masih akan terasa pada kuartal II-2020. Sementara itu, pandemi virus corona (Covid-19) dinilai tidak memberikan dampak signifikan bagi kinerja penjualan Budi Starch.
BUDI merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi. Saat ini kami menjalankan usaha pembuatan tepung tapioka dan sweeteners yang merupakan kebutuhan konsumsi, ungkap Alice kepada KONTAN, Jumat (22/5).
Menyikapi situasi pasar yang tidak pasti, manajemen Budi Starch bakal terus berupaya menjaga kualitas serta pengiriman produk agar bisa tepat waktu dengan tetap menjaga efisiensi biaya.
Dengan cara demikian, BUDI berharap bisa membukukan kinerja dengan performa yang tidak turun signifikan dibandingkan realisasi kinerja pada semester pertama tahun lalu.
BUDI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 1,41 triliun pada semester I-2019 lalu. Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 20,32 miliar di periode yang sama.
Segmen di luar tapioka
Di sisi lain, BUDI membukukan penurunan kinerja selama tiga bulan pertama 2020. Mereka mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 680,05 miliar. Angka ini lebih rendah 18,68% dibandingkan pendapatan usaha periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 836,26 miliar.
Alice bilang, penurunan pendapatan usaha disebabkan hasil panen singkong yang menurun akibat musim kemarau sepanjang Juli - November 2019.
Meski demikian, Alice berujar, penurunan pendapatan pada segmen usaha tepung tapioka berhasil dimitigasi dengan cara mengerek pendapatan pada segmen operasi lainnya.
Segmen sweetener, misalnya, penjualan pada produk ini naik 14,93% secara tahunan dari semula Rp 166,52 miliar di kuartal I-2019 menjadi Rp 191,40 miliar pada kuartal I-2020.
Kenaikan penjualan juga terjadi segmen karung plastik, asam sitrat dan produk kimia lainnya. Sepanjang Januari-Maret 2019, penjualan karung plastik meningkat 8,26% atau Rp 21,05 miliar.
Adapun penjualan asam sitrat dan produk kimia lainnya menanjak 79,96% yoy dari Rp 6,96 miliar di kuartal I-2019 menjadi Rp 12,52 miliar per akhir kuartal I-2020.
Adapun sepanjang Januari-Maret tahun ini, BUDI telah menyerap dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 15 miliar untuk membiayai pengeluaran modal rutin. Rencana alokasi penggunaan sisa capex di sembilan bulan berikutnya untuk pengeluaran modal rutin diperkirakan Rp 50 miliar, kata Alice.