FAC News

Sentimen Kasus BLBI, Saham Mitra Adiperkasa Tetap Kokoh
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten produk fashion PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menguat 2,82% pada penutupan perdagangan Selasa ini (11/6/2019) di level Rp 910/saham.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia, penguatan pada hari ini membuat tren harga saham MAPI berlanjut dan melesat 8,33% dalam sepekan perdagangan terakhir dan secara tahun berjalan atau year to date naik 13,04%.
Secara year to date, investor asing sudah masuk ke saham MAPI mencapai Rp 319 miliar di semua pasar.
Penguatan harga MAPI tak bisa dilepaskan dari sentimen positif Lebaran 2019 yang mendongkrak penjualan emiten-emiten ritel, termasuk Mitra Adiperkasa. Perseroan mengoperasikan lebih dari 2.000 gerai ritel di lebih dari 70 kota di Indonesia.
Gerai-gerai utama yang dioperasikan MAPI di antaranya Sogo,, Seibu dan Galleries Lafayette, Zara, Marks & Spencer, Lacoste, Nautica, Massimo Dutti, Swarovski, dan Sephora.
Belum lagi untuk gerai sports didukung yakni Converse, Golf House, Payless ShoeSource, Planet Sports, Reebok, Skechers, dan Sports Station. Untuk gerai makanan yakni Starbucks, Burger King, Domino's Pizza, dan Pizza Marzano.
Kenaikan harga saham MAPI ini tampaknya tak terpengaruh dengan sentimen status tersangka dari Sjamsul Nursalim, pengusaha yang menurut beberapa pemberitaan disebut ikut mendirikan MAPI bersama keluarganya, selain juga mendirikan perusahaan ban GT Radial, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
Nama Sjamsul kembali mencuat setelah Senin kemarin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Sjamsul beserta istrinya Itjih Nursalim sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Penetapan status Sjamsul dan istrinya ini merupakan pengembangan dari kasus BLBI dengan tersangka Syafruddin Arsyad Tumenggung, mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang telah divonis bersalah.
BLBI adalah skema bantuan atau pinjaman yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas saat terjadi krisis moneter tahun 1998 di Indonesia.
Mengacu laporan keuangan Mitra Adiperkasa, saham terbesar MAPI akhir tahun 2018 dipegang oleh PT Satya Mulia Gema Gemilang sebesar 51% dan investor publik 49%.
Siapakah gerangan di balik Satya Mulia Gema Gemilang?
Berdasarkan data prospektus saat MAPI mencatatkan saham perdana (IPO) pada 10 November 2004, tercatat bahwa pemegang saham Satya Mulia Gema Gemilang adalah PT Mitralestari Adiperkasa 99,99% dan FX Boyke Gozali 0,01%.
Dokumen prospektus itu juga mengungkapkan, sebelum saham MAPI dipegang Satya Mulia, Budiman Nursalim yang juga masuk keluarga Sjamsul Nursalim lebih dahulu memegang saham MAPI sebelum dilepas ke Satya Mulia.
Dalam dokumen The Role of Governance in Asia yang dirilis Japan Institute of International Affairs, ASEAN Foundation, dan Institute of Southeast Asian Studies, Singapore, terbitan 2003 disebutkan bahwa baik Boyke Gozali dan Budiman Nursalim termasuk keluarga dari pendiri Gajah Tunggal Group, yakni keluarga Nursalim (Lim) dan Gozali (Go/Kho).
Sebagai informasi, Satya Mulia juga menggenggam saham PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) sebesar 10,42% per Maret 2019 sesuai laporan keuangan perseroan. Sisa saham Polychem dipegang Provestment Limited 49,51%, Gajah Tunggal 25,56%, dan publik 14,51%.
Dari sisi kinerja, hingga kuartal I-2019, pendapatan bersih MAPI meningkat 8,4%% menjadi sebesar Rp 4,7 triliun, meningkat dari Rp 4,3 triliun yang tercatat di kuartal pertama tahun 2018. Laba usaha meningkat 15,5%% menjadi Rp 28 7 miliar dan laba bersih tercatat Rp 167 miliar.
Tahun ini MAP menargetkan pertumbuhan pendapatan di angka 15% dari tahun lalu. Artinya pendapatan perusahaan tahun ini ditargetkan akan meningkat menjadi Rp 21,75 triliun dari pendapatan tahun lalu senilai Rp 18,92 triliun.
Adapun laba bersih tahun ini ditargetkan minimal tumbuh 15% menjadi Rp 846,20 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 735,83 miliar.