FAC News

Harga Minyak Menekan Bursa Saham, Ada Emiten yang Buntung Tak Sedikit yang Untung
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mulai membaik pada perdagangan Selasa (21/4). Per pukul 21.33 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2020 kembali level positif menjadi US$ 2,65 per barel.
Sehari sebelumnya, harga minyak jatuh ke US$ -37,63 per barel. Bahkan secara intraday harga sempat mencapai US$ -40,32 per barel.
Harga minyak WTI kontrak pengiriman Juni, yang akan jadi kontrak acuan berikut, turun ke US$ 15.18 per barel.
Harga minyak diprediksi masih berpotensi turun. Penurunan harga minyak akan mempengaruhi pergerakan indeks saham.
Tapi, penurunan harga minyak bisa berdampak positif ke kinerja sejumlah emiten. Utamanya mereka yang menggunakan minyak di proses produksi atau operasional.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra mengatakan, mestinya maskapai ini mendapatkan manfaat dari penurunan harga minyak.
"Kami tunggu Pertamina," kata dia ke KONTAN, kemarin.
Sekadar gambaran, Januari-September 2019, pembelian avtur GIAA mencapai US$ 908 juta, lebih rendah dari Januari-September 2018 mencapai US$ 1 miliar.
Penurunan nilai pembelian avtur tersebut didorong oleh harga minyak di 2019 yang lebih rendah.
PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) juga bisa mendapat sentimen positif.
Direktur Mitrabahtera Segara Sejati Burhan Sutanto menyatakan, MBSS memang menerapkan klausul rise and fall adjustment untuk mengatasi fluktuasi harga minyak dunia yang jadi salah satu komponen biaya operasional.
"Secara umum akan ada sedikit dampak positif," ujar dia ke KONTAN
Tahun lalu, MBSS menanggung beban bahan bakar US$ 11,07 juta atau 18,63% dari total beban langsung per 31 Desember 2019.
Penurunan harga minyak juga bisa menghemat biaya energi perusahaan pertambangan.
Kelabakan
Kepala Hubungan Investor PT Samindo Resources Tbk (MYOH) Ahmad Zaki Natsir menyebutkan, untuk melihat dampak ke perusahaan harus dihitung rata-rata dalam setahun penurunan harga minyak.
"Rata-rata di angka US$ 50 per barel sudah bagus setahun. Per bulannya kami habiskan 5 juta liter solar untuk operasional," ujar Zaki.
Tapi, dia mengatakan, jika harga minyak yang rendah bertahan dalam waktu lama, ada kekhawatiran pengusaha pembangkit listrik beralih ke solar, sehingga batubara tidak dipakai lagi.
"Ini bisa membuat permintaan batubara turun dan pada akhirnya harga batubara ikut turun," tutur dia.
Di sisi lain, penurunan harga minyak membuat emiten sektor migas kelabakan.
Direktur PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Suresh Vembu memberi sinyal, AKRA berpeluang mengevaluasi target bisnis tahun ini.
"Kami harus melakukan evaluasi. Untuk sekarang kami belum bisa memberi panduan sehubungan dengan volatilitas pasar," ujar dia.
Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk (ELSA) Wahyu Irfan juga mengatakan sedang mengkaji berbagai dampak yang terjadi pada makroekonomi.
"Termasuk di dalamnya penyesuaian target keuangan maupun belanja modal," terang dia.
Toh, William mengingatkan, penurunan harga minyak tidak lantas membuat positif kinerja emiten pengguna minyak.
Secara umum bisnis emiten masih terdampak perlambatan ekonomi akibat pandemi korona.