APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

PT Timah (TINS) Menjalin Kongsi dengan BUMN Tanzania

Administrator - 03/01/2020 09:30

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) sedang sibuk mengawal rencana kongsi dengan mitra asal Tanzania yakni State Mining Corporation (Stamico).

Kerjasama kedua perusahaan mencakup pengembangan tambang mineral dan logam seperti timah, nikel, emas dan rare earth element (REE).

Komitmen kerjasama antara PT Timah dan Stamico sudah tertuang dalam nota kesepahaman sejak 17 Desember 2019.

Menurut kesepakatan kedua perusahaan, nota kesepahaman memuat rencana uji tuntas, penilaian dan persiapan membuat joint venture atau perusahaan patungan.

Proses-proses tersebut akan berlangsung dalam jangka waktu 12 bulan.

Saat ini, PT Timah sedang mengidentifikasi wilayah tambang potensial. Tahapan awal itu terdiri dari tim internal mereka.

Hanya saja, belum ketahuan detail rencana proyek kerjasama dan nilai investasi yang dibutuhkan.

"Gambaran awal baru akan didapat setelah tim eksplorasi melaksanakan kegiatannya," terang Trenggono Sutioso, Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk kepada KONTAN, Kamis (2/1).

Bukan tanpa alasan PT Timah bermitra dengan Stamico. Stamico yang merupakan BUMN Tanzania, memiliki peluang bisnis dan cadangan mineral di Afrika.

Tak hanya mumpuni dalam pertambangan, Stamico juga kuat di pendanaan untuk pengembangan tambang.

Di sisi lain PT Timah juga ingin menambah cadangan dan produksi timah.

Perusahaan tambang pelat merah ini juga berharap memperluas diversifikasi komoditas dan memperkuat operasional di kancah global.

Mengintip materi paparan publik Agustus 2019, tahun 2018 PT Timah memiliki cadangan bijih timah sebanyak 415.358 metrik ton (mt) dan sumber daya timah sekitar 1,04 juta mt.

Masing-masing catatan tersebut tumbuh 10,00% dan 31,05% ketimbang tahun 2017.

PT Timah mengempit izin usaha pertambangan (IUP) timah di Bangka Belitung dan Pulau Kundur.

Sebanyak 120 IUP di Bangka Belitung terbagi dalam dua lokasi penambangan yakni 288.716 hektare (ha) onshore dan 139.663 ha offshore.

Sementara tujuh IUP di Pulau Kundur mencakup area penambangan offshore seluas 45.009 ha.Tahun ini PT Timah menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun pada tahun ini.

Capex tersebut untuk membiayai sejumlah keperluan seperti eksplorasi dan pembangunan fasilitas pemurnian konsentrat alias smelter baru.

"Juga untuk maintenance atau rekondisi alat produksi, pengadaan kapal dan pengembangan anak perusahaan," jelas Abdullah Umar, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk.

Kembali mengintip materi paparan publik, PT Timah sedang mengembangkan smelter baru berupa ausmelt dengan biaya US$ 80 juta. Kapasitasnya 40.000 ton Sn.

Tahap konstruksi hingga Agustus 2019 mencapai 16%. Sementara target operasional pada semester II 2021.

Kalau dalam ekspansi masih getol, lain cerita dengan rencana penjualan.

Sepanjang kuartal I 2020, PT Timah akan mengendalikan volume ekspor. Strategi tersebut sudah mereka terapkan sejak Juli tahun 2019 lalu.

Lewat pengendalian volume ekspor timah PT Timah berharap bisa mendapatkan harga jual yang menarik.

Menurut mereka, harga ideal bijih timah sekitar US$ 20.000 per ton.

"Volume ekspor tetap dikendalikan, melihat kondisi harga logam timah," jelas Abdullah.

Menurut PT Timah, penurunan harga timah menjadi biang kerok penurunan bottom line dalam sembilan bulan tahun lalu.

Dari Januari-September 2019, mereka mengantongi rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 175,79 miliar.

Padahal pada periode yang sama 2018 masih untung Rp 255,55 miliar.

Dalam periode tersebut, sejatinya pendapatan usaha PT Timah juga naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 15,49 triliun.

Cuma memang, kenaikan sejumlah beban seperti beban pokok pendapatan, beban umum dan administrasi serta beban keuangan menggerus kinerja mereka.

Filter