FAC News

Pelemahan Harga Batubara Masih Bisa Berlanjut
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring pandemi corona (Covid-19) yang belum mereda, tekanan terhadap harga batubara berpotensi berlanjut pada tahun ini.
Penurunan permintaan batubara ikut menekan harga batubara acuan (HBA) Indonesia. Pasalnya, semua indeks pembentuk HBA melorot.
Pada Mei 2020, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, HBA sebesar US$ 61,11 per ton. Harga tersebut menyusut 7,08% dibandingkan posisi HBA bulan lalu.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan penurunan permintaan batubara masih berlanjut pada bulan Mei dan Juni tahun ini.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan, kondisi pasar batubara saat ini sedang oversupply. Pasalnya, pasokan batubara domestik di China sebagai importir batubara terbesar telah kembali lancar.
Di sisi lain, ketersediaan stockpile batubara di Negeri Tembok Raksasa itu masih banyak. Hal serupa terjadi di India. Permintaan impor dari Negeri Bollywood akan terkoreksi dan memilih mengoptimalkan pasokan domestik.
Menurut Hendra, pergerakan HBA pada awal tahun ini memang merosot cukup signifikan. Selama kuartal I 2019, rerata HBA masih berada di level US$ 91,59 per ton. Sedangkan rerata HBA pada kuartal I 2020 melorot ke level US$ 66,63 per ton.
"Perbandingannya cukup jauh. Covid-19 hanya satu dari beberapa faktor lain yang terjadi sejak awal tahun 2020," ungkap dia kepada KONTAN, kemarin.
Meski demikian, tingkat produksi batubara selama kuartal pertama terbilang masih normal. Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi produksi batubara nasional hingga April 2020 mencapai 187 juta ton atau setara 34% target 2020 yang mencapai 550 juta ton.
Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo memproyeksikan, pasar dan harga batubara di kuartal kedua lebih tertekan dibandingkan dengan kuartal pertama.
Efek pandemi akan terasa di kuartal kedua dengan tren penurunan kebutuhan energi yang masih berlanjut seiring indeks industri yang turun tajam di negara tujuan ekspor batubara Indonesia.
Singgih menaksir ada penurunan konsumsi energi sekitar 10%-20% di negara importir batubara. "Pola masih sama, akibat tekanan ekspor batubara," kata dia.
PT Indika Energy Tbk (INDY) turut mengantisipasi penurunan harga batubara. Head of Corporate Communication INDY, Ricky Fernando bilang, pergerakan harga batubara, termasuk tercermin dalam HBA, akan mempengaruhi kinerja INDY.
INDY fokus memacu efisiensi, mengoptimalkan penggunaan modal, mengerek produktivitas operasional dan mengembangkan proyek di sektor non-batubara.