FAC News
Garuda (GIAA) Guyur Citilink Rp14,9 Triliun dari Suntikan Danantara
Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) berencana menyalurkan sebagian besar suntikan dana Danantara untuk peningkatan modal Citilink hingga Rp14,9 triliun usai mendapatkan restu private placement. Adapun GIAA telah menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Rabu (12/11/2025), saat para pemegang saham menyetujui suntikan penyertaan modal sebesar Rp23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management (Persero). Penyertaan modal dilakukan dengan setoran modal tunai sebesar Rp17,02 triliun serta konversi utang pinjaman pemegang saham sebesar Rp6,65 triliun.
Sebagian besar dari hasil penambahan modal tersebut akan disalurkan kepada Citilink sebagai peningkatan modal. Modal yang disalurkan setara dengan 63,22% dari total suntikan dana yang diterima GIAA atau senilai Rp14,9 triliun. “Peningkatan modal Citilink akan dilakukan pada Desember 2025,” kata manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi, Selasa (18/11/2025). Diperinci, sebanyak 47,45% dari total modal atau setara dengan Rp11,23 triliun akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional Citilink, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat Citilink. Dana tersebut berasal dari konversi SHL sebesar Rp4,82 triliun dan Rp6,40 triliun berasal dari setoran modal tunai. Sekitar 15,77% atau Rp3,73 triliun yang seluruhnya berasal dari setoran modal tunai, bakal digunakan untuk melakukan pembayaran atas seluruh utang pokok pembelian bahan bakar pesawat Citilink.
Utang tersebut dimiliki Citilink kepada Pertamina dengan nilai US$225 juta dalam perjanjian antara Pertamina dengan Citilink pada 8 Desember 2023. BACA JUGA Saham Garuda (GIAA) Bidik Level Rp220 Usai Terbang 110,91% Megaproyek GMFI di Kertajati dan Asa Baru Garuda (GIAA) di Tangan Danantara Babak Baru Remedi Garuda (GIAA) dan WIKA Usai Raup Rp44 Triliun Adapun, sebesar 36,78% dari suntikan Danantara atau setara Rp8,70 triliun akan digunakan oleh GIAA untuk modal kerja dan operasional perseroan. Hal itu meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat di bawah GIAA. Diperinci, sebanyak Rp1,82 triliun atau setara dengan 7,7% akan berasal dari shareholder loan (SHL) dan 29,08% berasal dari aksi penambahan modal tunai. Nantinya, perawatan dan perbaikan pesawat akan dilakukan oleh PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) atau dengan perusahaan MRO lainnya sesuai dengan perjanjian tertanggal 12 Maret 2018 antara GIAA dengan GMFI.
Adapun, GIAA sempat merevisi rencana penggunaan dana hasil penyertaan modal. Sebelumnya, pada 9 Oktober 2025, GIAA sempat merencanakan untuk menganggarkan 29% hasil penyertaan modal sebagai modal kerja dan operasional perseroan, 37% kepada Citilink sebagai modal kerja dan operasional, dan 22% untuk melakukan ekspansi armada perseroan dan Citilink. Baru pada keterbukaan informasi tertanggal 11 November 2025, GIAA menghilangkan rencana ekspansi armada perseroan maupun anak usaha. Artinya, penyertaan modal yang didapatkan GIAA sepenuhnya bakal digunakan sebagai modal kerja dan operasional GIAA dan anak usaha. Sebelumnya, Chief Operating Officer Danantara Indonesia sekaligus Kepala BP BUMN Dony Oskaria mengatakan suntikan dana kepada GIAA merupakan bagian dari restrukturisasi perseroan.
Dony pun menilai tahun depan akan terlihat dampak yang dirasakan GIAA usai restrukturisasi itu. "Garuda Indonesia tahun depan akan meraup keuntungan dan dengan demikian masuk ke fase sehat. Melihat potensi yang ada, kami sangat yakin Garuda masuk ke fase positif," kata Dony dalam konferensi pers pada beberapa waktu lalu. Garuda Indonesia sendiri masih membukukan rugi bersih sebesar US$182,53 juta per kuartal III/2025. Rugi GIAA itu bahkan membengkak 39,10% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya US$131,22 juta. GIAA juga masih berkutat dengan ekuitas negatif karena nilai liabilitas atau kewajiban melebihi asetnya.
GIAA telah membukukan aset sebesar US$6,75 miliar pada periode yang berakhir 30 September 2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$8,28 miliar. Alhasil, ekuitas GIAA minus US$1,53 miliar.