APLN Siap Percepat Pembangunan Proyek Propertinya Di IKN

FAC News

Adaro Energy (ADRO) Menuntaskan Proyek PLTU

Administrator - 05/02/2020 15:04

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal tahun 2020, tren harga batubara masih dibayangi ketidakpastian seiring kondisi pasar global yang fluktuatif. Selain tetap menggarap bisnis inti produksi batubara, emiten seperti PT Adaro Energy Tbk juga memaksimalkan lini bisnis pendukung, seperti pembangkit listrik. Emiten tambang bersandi saham ADRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berupaya memperkuat lini bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dikelola anak usahanya, yakni PT Adaro Power.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira mengatakan, salah satu proyek perusahaan yakni PLTU Tanjung Power Indonesia, yang saat ini sudah mulai beroperasi secara komersial. PLTU ini dikelola oleh PT Tanjung Power Indonesia, perusahaan konsorsium yang dimiliki Adaro Power dan PT East-West Power Indonesia, anak perusahaan korporasi asal Korea Selatan, yakni East-West Power Ltd.

Merujuk situs resmi ADRO, nilai proyek PLTU Tanjung Power Indonesia diperkirakan mencapai US$ 545 juta. Pembangkit listrik tersebut memiliki kapasitas sebesar 2x100 megawatt (MW). PLTU Tanjung Power Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pasokan listrik di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, kata dia kepada KONTAN, Selasa (4/2).

Adaro Energy juga fokus menyelesaikan pembangunan PLTU Bhimasena Power Indonesia. Hingga akhir September 2019, pengerjaan konstruksi fisik PLTU tersebut telah mencapai kisaran 87%. Manajemen ADRO menargetkan PLTU berkapasitas 2x1.000 MW itu dapat beroperasi pada tahun ini.

Pengembangan bisnis

PLTU yang berlokasi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tersebut dikelola oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Ini merupakan perusahaan konsorsium antara Adaro Power, Electric Power Development Co Ltd dan Itochu Corporation. Adapun biaya pembangunan PLTU tersebut ditaksir mencapai US$ 4,2 miliar. Febriati menyebutkan, ADRO memastikan akan memasok kebutuhan batubara pada kedua PLTU itu.

PLTU Tanjung Power Indonesia membutuhkan sekitar 1 juta ton batubara per tahun, yang mana akan dipasok seluruhnya oleh PT Adaro Indonesia, anak usaha ADRO di bidang tambang batubara. Sedangkan PLTU Bhimasena Power Indonesia setelah beroperasi memerlukan pasokan batubara sekitar 7 juta hingga 8 juta ton per tahun. Sebanyak 60%--65% kebutuhan batubara PLTU BPI akan dipasok oleh Adaro Indonesia, sebut dia.

Adaro Energy belum memiliki rencana akuisisi lahan tambang batubara pada tahun ini. Kondisi pasar batubara yang belum stabil membuat mereka memilih memaksimalkan potensi tambang yang ada. Febriati menyampaikan, pihaknya fokus pada penerapan keunggulan operasional atau operational excellence pada bisnis inti agar dapat menghadapi tantangan industri batubara. Kami juga tetap melakukan studi untuk pengembangan bisnis, ujar dia.

Yang pasti, strategi efisiensi masih diterapkan di seluruh rantai bisnis perusahaan. Tujuannya agar dapat menghasilkan kinerja operasional yang solid dan sesuai dengan target yang diharapkan. Adaro Energy menjalankan model bisnis terintegrasi, yang meliputi delapan pilar, yakni Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro Foundation.

Febriati mengungkapkan, anak usaha ADRO di pilar bisnis tersebut terlibat dalam setiap bagian rantai pasokan batubara. Dengan demikian, ADRO dapat mengendalikan biaya, mengerek efisiensi dan mengurangi risiko di pasar. Terkait produksi batubara, ADRO belum mengumumkan target produksi tahun ini. Per akhir kuartal ketiga tahun lalu, produksi batubara ADRO naik 13% year on year (yoy) menjadi 44,13 juta ton. Sedangkan target produksi batubara tahun lalu di kisaran 54 juta-56 juta ton. Pada akhir kuartal III-2019, pendapatan ADRO stabil di US$ 2,65 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 2,67 miliar. Volume penjualan naik 14% yoy menjadi 44,66 juta ton.

Filter